Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan Keuskupan Agung Semarang (PK4AS): Februari 2011

08 Februari, 2011

Pernyataan Bersama Atas Kerusuhan dan Perusakan Gereja di Temanggung tanggal 8 Februari 2011

1. Kami menyampaikan duka cita keprihatinan dan kesedihan yang dalam atas terjadinya kerusuhan yang terjadi di Temanggung ketika terjadi Persidangan kasus Penodaan Agama atas nama terdakwa Antonius Richmond Bawengan di Pengadilan Negeri Temanggung. Yang menyebabkan rusaknya fasilitas publik dan tempat ibadah berupa:

· sekolah GBI

· mobil dan sepeda motor di tempat ibadah

· Gereja Bethel Indonesia

· Gereja Pantekosta di Indonesia dan

· Gereja Katolik Temanggung;

2. Kami melihat bahwa ada indikasi pihak Kepolisian tidak melakukan antisipasi yang cukup terhadap peristiwa ini, karena ancaman kekerasan yang menjurus kepada kerusuhan sudah terjadi sejak sidang-sidang sebelumnya;

3. kami mendesak Polri dan aparat keamanan lainnya untuk mengambil tindakan hukum yang tegas kepada para perencana serangan, pelaku penyerangan dan pihak-pihak yang turut serta memprovokasi dan membenarkan kekerasan terus terjadi; lebih jauh untuk mengambil tindakan yang tepat dalam mencegah terulangnya upaya-upaya penyerangan dan melindungi tempat ibadah diseluruh negeri.

4. Kami juga mendesak Komnas HAM untuk segera melakukan penyelidikan pro justicia terhadap dugaan adanya pelanggaran HAM terhadap perusakan fasilitas publik, sekolah, penyerangan dan perusakan gereja ini.

5. Kami menghimbau kepada warga lintas agama dan masyarakat luas untuk menjaga perdamaian, menghormati keberagaman, menahan diri, menjaga dan menghindari aksi-aksi kekerasan atas dasar apapun dengan mengedepankan dialog dan menyelesaikan persoalan melalui jalur hukum.

6. Kami mendesak supaya pemerintah mengambil tindakan-tindakan yang tegas agar pemerintah tidak lalai dan tidak melakukan pembiaran terhadap kekerasan berdimensi SARA.

Semarang, 8 Februari 2011

Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAK-KAS)

Penghubung Karya Kerasulan, Kemasyarakatan Keuskupan Agung Semarang (PK4AS)

Komisi Dialog Antar Agama Sinode Gereja Isa Almasih

eLSA (Lembaga Studi Sosial dan Agama)

Pemuda Katolik Jawa Tengah

LBH APIK Semarang

LBH Semarang

PBHI Jawa Tengah

Perkumpulan Perdikan

Sejarah PK4AS

SEJARAH PK4AS
Komisi Kerasulan Awam adalah komisi yang bertugas “…. membantu memajukan Spiritualitas Kerasulan Awam, menganimasi kesadaran dan motivasi orang-orang katolik baik perorangan maupun kelompok, untuk lebih menghayati partisipasinya dalam tugas perutusan Kristus dalam lingkup Gereja maupun dan terutama dalam tata dunia, yaitu menjadi terang dan garam dunia” (Himpunan Direktorium KWI 2000, Bab I psl. 3). Dasar panggilan dan perutusan sebagai Kaum Awam adalah Baptis, Krisma. Semua orang yang telah dibaptis, menjadi murid Kristus. Pesan Yesus :” Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). “Kaum awam menerima tugas serta haknya untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus Kepala. Sebab melalui baptis mereka disaturagakan dalam tubuh mistik Kristus, melalui krisma mereka diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri ditetapkan untuk merasul…”(Apostolicam Actuocitatem/AA No. 3). Jadi tugas kerasulan melekat pada panggilan kita sebagai murid Kristus. Harus disadari kaum awam dan kerasulannya itu ada bukan karena jumlah Imam dan biarawan-biarawati tidak mencukupi untuk menjalankan tugas kerasulan.
Sebagai catatan, bahwa pembedaan tugas awam dalam Gereja dan dalam lingkup tata dunia bisa menimbulkan salah paham. Akan tetapi pembedaan ini memang ada dasarnya yakni adanya perbedaan kompetensi serta pembagian tanggung jawab antara hirarki dan awam serta alasan-alasan praktis. Kerasulan awam dalam lingkup gereja adalah melaksanakan tritugas Kristus, yakni pengudusan, pewartaan dan pengabdian seperti dinyatakan “Kaum awam sebagai pengemban tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja mempunyai peranan aktifnya dalam hidup dan karya Gereja” (AA No. 10). Namun harus dikatakan bahwa lingkup gerejawi dan keduniaan itu merupakan kesatuan yang begitu erat sehingga batas-batasnya sulit ditarik dengan tegas.
Sampai tahun 1997, Komisi Kerawam melakukan karya-karya ”yang belum dilakukan oleh komisi-komisi lainnya”. Kemudian, bertumbuh dan berkembang aneka gerakan dari dan oleh kaum awam demi peran Gereja yang makin nyata di tengah keprihatinan masyarakat. Peran awam yang meluas ini membawa kesadaran akan Gereja KAS sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Komisi Kerawam yang membidangi karya di bidang kemasyarakatan menjadi tidak mewadahi lagi. Bahkan dalam gerak keseharian internal, sering terjadi fungsi-fungsi yang tumpang tindih antara Komisi Kerawam dan berbagai gerakan kerawam, sehingga gerak perutusan menjadi kurang lincah. Lambat laun, muncul kesadaran bahwa Kerasulan awam bukanlah suatu komisi yang bertanggung jawab atas segala gerakan awam, melainkan cara pandang yang meliputi semua gerakan awam dalam melakukan perutusannya baik secara internal-Gerejawi maupun eksternal-kemasyarakatan.
Dalam situasi demikian, diperlukan fungsi baru yang membantu terlaksananya kerasulan awam secara khas. Fungsi ini harus memberi inspirasi bagi penghayatan kerasulan awam pada bidang-bidang khas awam di tengah masyarakat, sekaligus menjadi penghubung antara hirarki dan kaum awam yg bekerja pada berbagai bidang karya kemasyarakatan, serta penghubung antar berbagai gerakan awam di tengah masyarakat.
Atas pertimbangan tersebut, maka pada tahun 1997, Uskup Keuskupan Agung Semarang mengganti peran dan fungsi Komisi Kerawam menjadi PENGHUBUNG KARYA KERASULAN KEMASYARAKATAN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG (PK4AS).