21 September, 2011

SIMPULAN DAN REKOMENDASI FORUM KONSULTATIF TOKOH-TOKOH MASYARAKAT KATOLIK PROVINSI GEREJAWI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG




(Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Malang, dan Keuskupan Surabaya)

Pengantar

1) Pertemuan Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Semarang diselenggarakan dalam kerja sama Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Semarang dengan Direktorat Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI. Pertemuan ini berlangsung dari tanggal 15 sampai dengan 18 September 2011 di Hotel Horison Jl. KH. Dahlan no 5 Semarang dan dihadiri oleh utusan dari 4 keuskupan di Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Semarang (Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Malang, Keuskupan Purwokerto, dan Keuskupan Surabaya). Hadir 60 orang peserta, yang terdiri atas Uskup, imam, biarawan-biarawati, dan wakil umat. Tema yang diangkat ialah “Revitalisasi Masyarakat sebagai Media Penanaman Nilai-nilai Kebangsaan dan Keagamaan”.

2) Tema pertemuan diilhami oleh Gaudium et spes, 1: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga”. Ada banyak alasan untuk bergembira dan berharap atas perjalanan bangsa Indonesia sampai saat ini. Kesatuan yang utuh dan teruji oleh zaman dari Sabang sampai Merauke, keragaman budaya yang kaya dan bermakna bagi kehidupan, kekayaan alam flora dan fauna yang melimpah dan berbagai peristiwa kebangsaan yang menuntun bangsa ini semakin menyatu; menyimpan sejarah panjang bangsa Indonesia menggapai kesejahteraan bagi seluruh warganya.

3) Duka dan kecemasan yang menggelisahkan bangsa tidak bisa dipungkiri. Kerusakan lingkungan yang makin menggila, korupsi yang terinstitusionalisasi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama masih mewarnai kehidupan masyarakat. Pembohongan publik tidak mungkin ditutup-tutupi lagi. Yang mencemaskan akhir-akhir ini adalah ancaman kebangkrutan bangsa.

4) Kami meyakini panggilan kami sebagai masyarakat Katolik yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa yang plural. Kami tidak bisa tinggal diam menyaksikan duka dan kecemasan yang menggelisahkan warga masyarakat. Apalagi kecemasan dan ancaman kebangkrutan bangsa seringkali dikaitkan dengan Pancasila. Pancasila semakin disadari perannya sebagai ideologi dan pemersatu bangsa. Pancasila telah, sedang dan akan menjadi pemandu bagi proses membangun bangsa (nation building).

5) Berkenaan dengan pentingnya revitalisasi masyarakat sebagai media penanaman nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan, berikut ini akan dikemukakan rangkuman yang memuat empat pokok gagasan untuk membangun masyarakat: inklusif-multiculturalism (inklusif multikultural), civil society (masyarakat warga), reflective modern society (masyarakat reflektif) dan knowledge-based-society (masyarakat berbasis iptek).


Simpulan

1) Keberagaman budaya di Indonesia merupakan suatu kenyataan dan kekayaan yang patut kami syukuri. Dengan kebudayaan kami maksudkan segala sesuatu, dengan mana manusia mengasuh dan mengembangkan pelbagai bakat rohani dan jasmaninya, berupaya menguasai bumi dengan pengetahuan dan karyanya, lebih memanusiawikan kehidupan sosial, mengungkapkan melalui karya-karya, pengalaman-pengalaman rohani dan aspirasi-aspirasi besar sepanjang sejarah, serta mengkomunikasikannya dan memeliharanya sebagai inspirasi bagi kemajuan banyak orang, malah bagi seluruh umat manusia (bdk. Gaudium et Spes 53). Kami perlu bahkan wajib melindungi, memelihara, dan merevitalisasi sumber-sumber warisan budaya sebagai perekat masyarakat.

2) Kami menyadari bahwa transformasi pesan injili menjadi pesan universal humanis-multikultural merupakan tantangan bagi Gereja Katolik Indonesia sekarang dan di masa mendatang. Kami perlu menjaga keseimbangan dimensi hidup iman yang pada satu sisi beraspek credo (aku percaya) dan di sisi lain beraspek actio (aku berbuat). Hanya dengan menjaga keseimbangan ini maka orang Katolik Indonesia dapat menjadi bagian yang integral dari masyarakat Indonesia tetapi sekaligus mempertahankan ke-Katolik-annya.

3) Kami meyakini bahwa hidup keagamaan berperan membentuk masyarakat yang reflektif dan cerdas. Karena itu, kami perlu menerjemahkan nilai-nilai agama untuk kebaikan umum; mengubah dari kesalehan individual menjadi kesalehan sosial; mendorong pelaksanaan prinsip keadilan. Kami perlu menemukan cara-cara baru untuk membangun kehidupan berbangsa bukan sekedar restorasi (pemulihan), tetapi juga resurektif (membangkitkan pengharapan) yang terbuka untuk menanggapi penderitaan.

4) Kami menyadari bahwa sikap kebangsaan orang Katolik berakar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Para pendahulu orang Katolik Indonesia mewariskannya kepada kami. Sebagai anak bangsa, kami menjunjung nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kemanusiaan universal, dan nilai-nilai kristiani. Kami akan menginternalisasi nilai-nilai itu melalui keluarga, sekolah, masyarakat, program kerasulan Gereja dan mimbar-mimbar kotbah. Karena itu, kami perlu mengevaluasi kembali semua perangkat penanaman nilai dan menerapkan metodologi pastoral dengan menggunakan konsep penegasan bersama.

5) Kami menegaskan bahwa masa depan masyarakat Katolik perlu dibangun dengan memperhatikan kekuatan penggerak: umat katolik, geopolitik yang berubah, akses jejaring, rasa pengikat keindonesiaan dan kekuatan pasar. Atas dasar itu, revitalisasi masyarakat sebagai media penanaman nilai-nilai kebangsaan dapat ditempatkan dalam usaha membangun masyarakat edukatif. Dengan demikian, masyarakat tidak menjadi korban perkembangan ilmu pengetahuan-teknologi, konsumeris, reaktif dan seragam melainkan menjadi masyarakat yang reflektif dan edukatif.

6) Kami menyadari ada empat masalah pokok yang sedang dihadapi masyarakat Katolik di Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Semarang. Pertama, pemahaman akan nilai kekatolikan dan kebangsaan serta implementasinya. Kedua, meritokrasi dan kaderisasi. Ketiga, peran aktif umat Katolik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Keempat, masyarakat luas memahami politik hanya semata sebagai kekuasaan.

7) Terhadap empat masalah pokok tersebut, ditemukan inspirasi-inspirasi kreatif yang bisa ditindaklanjuti. Orang-orang Katolik hendaknya menjadi penggerak-penggerak yang proaktif dalam hidup bermasyarakat. Kearifan lokal hendaknya diangkat untuk mengembangkan nilai-nilai dasar kemanusiaan.


Rekomendasi

Setelah pengayaan melalui proses masukan narasumber, sharing kelompok, pleno, dan refleksi bersama, kami sampai pada sejumlah rekomendasi berikut ini, yang merupakan pengutusan Gereja agar keuskupan-keuskupan di provinsi gerejawi Semarang menanggapinya dan menjadikannya sebagai program keuskupan.

1) Melanjutkan revitalisasi masyarakat sebagai media penanaman nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan dengan pendidikan nilai dalam keluarga-keluarga, lembaga pendidikan, kelompok-kelompok kategorial, dan ormas Katolik, serta memberikan Ajaran Sosial Gereja dalam lembaga pendidikan dengan dukungan sarana yang memadai.

2) Bersikap hormat dan kasih terhadap kebudayaan yang memuat kebaikan, kasih persaudaraan dan kebenaran dengan mengembangkan strategi kebudayaan.

3) Mengembangkan rasa kekatolikan dan rasa nasionalisme ke-Indonesia-an di tengah globalisasi dan desentralisasi.

4) Memperteguh peran agama dalam membentuk masyarakat yang refl ng bermartabat dengan pendidikan kewarganegaraan dan ektif dan cerdas dengan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan konsisten pada Ajaran Sosial Gereja.

5) Membangun kehidupan politik ya politik jangka panjang.

6) Mengembangkan kerja sama dan jejaring dengan semua orang yang berkehendak baik yang berasal dari pelbagai agama dan kepercayaan untuk mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan universal demi terwujudnya perdamaian.


Penutup
Pada akhirnya, kami mengimani Kristus dan menghadirkan Kristus di tengah masyarakat melalui komunitas-komunitas basis gerejawi.
Kami percaya bahwa Roh Kudus memberi inspirasi Gereja dalam menumbuhkan kebudayaan sebagai kekuatan kultural untuk membangun masyarakat reflektif. Dan sebagaimana Maria selalu menyertai Puteranya, kami yakin bahwa Bunda Maria juga menyertai dan mendoakan kami.

Semarang, 18 September 2011

Peserta Pertemuan Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Semarang

Keuskupan Agung Semarang

Pius Riana Prapdi Pr

Keuskupan Purwokerto

Tarsisius Puryanto Pr

Keuskupan Malang

Antonius Denny Firmanto Pr

Keuskupan Surabaya

Agustinus Tri Budi Utomo Pr

Mengetahui

a.n. Direktur Jenderal Bimas Katolik

Direktur Urusan Agama Katolik

Drs. Natanael Sesa, M.Si


Sumber : http://www.kas.or.id/?menu=4&submenu=23&id=433&action=Read